puisi 

Puisi-Puisi Rudi Santoso

Rudi Santoso. Lahir 30 November 1993 di Sumenep Madura, Mahasiswa Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.. Menjadi ketua advokasi di Gerakan Pemuda Melawan Korupsi Yogyakarta (GPMK). Salah salah satu pendiri komunitas Seni dan Satra Blangkon Art Jogja. Buku antologi puisinya Sajak Kita (2015) dan Surat Untuk Kawanan Berdasi (2016). Beberapa puisinya telah terbit diberbagai media cetak. Kini tinggal di Jln. Nogopuro. No 4. Gowok. Catur Tunggal Depok, Sleman   Yogyakarta (Sebelah Timurnya Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

 

MENJADI MUSAFIR

 

Telah ku telusuri jalan terjal

Penuh duri,  penuh bebatuan

Memasuki goa-goa yang penuh sarang hewan buas

Tubuhku tak menakuti

Kau telah menjelma segala ketakutan

 

Telah ku ceritakan pada robekan embun pagi

Aku bukanlah sulaiman yang mampu berbicara dengan hewan

Jantung ku bergetar

Mencintaimu tak semudah menyandingkan kematian dan ketakutan

 

Yogyakarta 2016

 

HUJAN DI SORE HARI

 

Ada apa denganmu.?

Hujan di sore itu gelisah di pipimu, menyanyikan lagu-lagu sendu

aku tak mampu menikmatinya

sebab cuaca mendung

mengirim pekabar murung tentang sebuah negeri

yang ngungun terbakar pemberontakan tak berkesudahan

 

o,

hujan di sore hari

kurindukan angin yang damai

sungai-sungai yang menyimpan riwayat kita

sebelum peristiwa tentang kota berkecamuk dan terluka

 

o,

hujan di sore hari

hapuslah gelisah itu

kekakasih menanti belai kasih

 

o,

hujan sore hari

ku tak ingin mencipta kecamuk pada dada kekasih

cukuplah kota yang menyimpan peristiwa-peristawa aneh

:anak kecil terlantar, yang miskin bergelandang

dan kekasihku pun tak mendambanya

 

Yogyakarta 2016

 

MALAM MINGGU

 

Menunggu senja segera menua

Lampu kota menyala

Sebidang rindu yang kita punya

Bertemu di balik peristiwa kota yang aneh

Kita lihat saja peristiwa itu

Sebab itu dibuat bukan tercipta

Yang malang mereka hanya malas

Yang berjuang mereka yang terselamatkan

 

Yogyakarta 2016

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

5 × one =