Berita 

SCB: NKRI adalah Harga Hidup

Litera (Depok)- Presiden penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB) hadir dan diminta memberi sambutan pada peluncuran dan diskusi novel Megat karya budayawan Riau, Rida K Liamsi di perpustakaan Universitas Indonesia, Kamis 10/11. Peluncuran buku yang bertepatan dengan peringatan hari pahlawan tersebut berjalan dengan sangat meriah. SCB disebut sang penulis novel Megat Rida K Liamsi, sebagai salah satu sosok yang berjasa besar dalam perjalanan kepenulisan Rida di dunia sastra.

“Saat pak Rida K Liamsi menyebut nama SCB sebagai sosok yang berkontribusi besar dalam memberi semangat dirinya berkarya, saya kira SCB itu adalah Sartre, Camus, dan Boris Pasternak, rupanya itu adalah saya. Saya merasa tersanjung,” kata SCB dengan nada serius.

“Novel Megat ini belum saya baca seluruhnya, barulah sampai pada halaman 60 saya baca, tapi saya tahu ini adalah novel dengan latar belakang sejarah dan budaya melayu. Sejarah dan sastra itu memiliki hubungan yang kreatif. Sastrawan sekarang juga harus kreatif. Kita kaya sekali dengan budaya-budaya dan kearifan lokal, kita bisa gali itu seperti pak Rida dalam novel ini. Kita lebih kaya dari pada bangsa barat. Indonesia memiliki banyak sekali sastrawan, maka kita harus memberi apresiasi pada para sastrawan tersebut. Selama ini kita seakan hanya menyebut nama Chairi Anwar saat bicara sastra, padahal kita juga punya Rendra, Arifin C Noer dan masih banyak lagi,” jelas SCB yang disambut dengan gemuruh sorak sorai para pengunjung yang hadir.

“Catat ucapan saya ini. Banyak orang mengatakan NKRI adalah harga mati, sebenarnya yang pantas omong itu adalah tentara yang siap mati membela negara. Kita para sastrawan mestinya mengatakan bahwa NKRI adalah harga hidup. Kita jaga itu keutuhan NKRI selagi hidup dengan menulis sastra lokal dan persoalan etnik hingga makin banyak orang tahu dan cinta dengan negrinya sendiri dan mengerti apa itu Bhineka Tunggal Ika. NKRI itu harga hidup yang diperjuangkan kita lewat seni dan sastra,” tambah SCB yang kemudian diteruskan dengan penekanan tentang peran sastra dalam membangun bangsa dan NKRI, bahkan dirinya mengatakan bahwa bangsa ini lahir dari puisi saat belasan tahun lalu ia menegaskan bahwa sumpah pemuda sebagai cikal bakal lahirnya Indonesia adalah sebuah teks puisi.

“Akhirul kalam, saya tidak mau menutup (sambutan) ini dengan akhirul kalam, dan tak ada itu akhirul kalam kalau kita masih hidup,” tutup SCB, dan para hadirin pun sebagian besar tertawa sambil bertepuk tangan. (MP)

Related posts

Leave a Comment

four + three =