Agenda 

Mesin Mimpi Sarbot

Ferry Fansuri kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer dan entreprenur lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya “Roman Picisan” (2000) termuat. Mantan redaktur tabloid Ototrend (2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya tersebar di berbagai media Nasional.

 

Bibirnya mengikuti ranum, memerah mekar. Lehernya jenjang putih berbinar tertutupi rambut hitam bercahaya. Mata itu bak pisau menghunjam jantung jika melihatnya, payudaranya bagai batu pualam memantulkan sinar rembulan. Sarbot tak henti-hentinya memandang Mikela di ujung kantor itu,khayalan dan impian menyentuh perempuan menawan itu dalam otaknya yang kecil itu.

Bertahun-tahun yang bisa Sarbot lakukan hanya curi-curi pandang, statusnya hanyalah pesuruh office boy . Menyeduh kopi untuk bos, mengantar file kesana kemari, harus tersenyum biarpun salah, membungkuk untuk mendapat respect dan gaji yang tidak seberapa. Tapi sejak ada Mikela, Sarbot betah berkeliaran gedung bertingkat itu jadi jongos. Tapi apalah daya Sarbot hanyalah pegawai rendahan tukang suruh yang selalu jadi bahan ejekan.

Saat berpapasan, mulutnya seperti dikunci seribu gembok. Tangan Sarbot bergemetar dan keringat dingin meluncur dari kening begitu deras. Mencium aroma parfum Mikela membuat Sarbot terbang ke negeri atas awan dan dihempaskan ke bumi dengan keras. Kulit Mikela yang halus seputih salju, tiap pria pasti ingin menjamahnya dan merasakannya, begitu juga Sarbot. Khayalan nakal akan Mikela jadi bunga tidur tiap malam di kamar kosnya yang sempit. Tiap pagi selalu bangun, Sarbot selalu membayangkan Mikela sambil mengurut batang lingga-nya.

Begitu terobsesi Sarbot akan Mikela jika ada yang mendekatinya, dia tak rela dan api cemburu membakar ubun-ubunnya. Tiap pegawai pria yang mendekati Mikela pasti oleh Sarbot disingkirkan secara halus, diracuni makanan minuman atau dikerjai kendaraan mereka hingga terjadi kecelakaan. Sarbot ingin melihat Mikela tetap murni tanpa disentuh oleh siapapun, hanya untuknya seorang.

Keinginan dan napsu menyatu dalam benak Sarbot, tak ingin pria yang menjamah tapi ia begitu bodoh jika dekat Mikela. Perjaka satu ini tak pernah bersentuhan dengan wanita seumur hidupnya, Mikela lah yang membikin dia mabuk kepayang tingkat dewa.

“Aku harus memiliki kamu biarpun sampai kukejar ke ruang mimpi sekalipun. Kau harus jadi milikku bukan pria lain”

Sarbot pun memeras otak untuk menemukan caranya.

 

*****************

 

Dinding-dinding atap plafon mengelupas dan reyot bersanding dengan tembok kusam, Sarbot malam itu sendirian berkutat depan layar 14 inchi laptop jadul pentium 4 miliknya. Browsing kesana kemari berbekal sambungan wifi gratis yang Sarbot retas passwordnya dari rumah tetangga sebelah. Bertanya kepada mbah google atas semua pertanyaan, Sarbot percaya jaman sekarang semua jawaban ada di dunia maya bahkan dunia mimpi sekalipun.

Hampir menjelang subuh, mata Sarbot seperti api membara takkan padam sekalipun diguyur hujan. Jelajah dunia maya terus dilakukan demi jawaban yang dia cari, karena tak kunjung muncul yang ia cari. Sarbot berhenti sejenak, ia mengambil tembakau murahan dioplos mariyuana yang dilenting sendiri. Dibakar ujung rokok lentingan, diisap dalam-dalam dan yang ia ingat wajah Mikela aduhai itu dengan membayangkan tubuhnya ada di kamar kos.

“Jika di dunia nyata aku tak bisa menyentuhnya, hanya dunia mimpi saja aku bisa” bisiknya dalam hatinya.

Ada dorongan di kepala Sarbot, ide itu muncul. Langsung ia lanjutkan menjelajah kembali ke dunia maya, tenggelam dengan mesin pencari di dalamnya. Collect data dan membaca riset para ilmuwan jenius Amrik, Sarbot begitu serius melototi teknologi virtual reality digabung dengan artificial intelligence. Berbulan-bulan lamanya Sarbot melakukan eksperimen mesin mimpi berkat chatting seorang ilmuwan dari Nevada, profesor Xavier.

Konsep mirip telepati yang perlu mennyelasarkan frekuensi otak dengan subyek yang dituju. Xavier menjelaskan ke Sarbot, otak kita sebagai transmitter memancarkan frekuensi dan menyamakan wadah subyek sebagai receiver hingga kita bisa membaca ataupun mengendalikan mimpi seseorang. Xavier memberikan tutorial ke Sarbot untuk membangun mesin mimpi dengan software “Deep Dream” buatannya.

Mata Sarbot berbinar seperti anak yang menemukan mainannya, membobol celengan tabungan untuk mencari bahan untuk mesin mimpi. Jika kekurangan bahan dia rela mengambil dari kantor, mengorek pasar bekas atau memesan online. Merangkai board sirkuit pcb, solder elektroda, sinkronisasi data dan semua dipelajari secara otoditak lewat panduan profesor Xavier.

Selama 6 bulan Sarbot menyelesaikan mesin mimpinya, sebuah helm handmade semerawut kabel sana-sini yang dinamakan “cerebro” akan mewujudkan impiannya mencumbui Mikela. Selama itu Sarbot lupa makan, tidur hingga mata merah dan kurus kering.

“Ini saatnya “ bisiknya tak terasa kakinya lunglai lemas menahan kantuk dan lelah yang sangat. Malam itu menyelimuti Sarbot dengan dingin sebagai bantalnya.

 

*******************

 

“ Bot..Sarbot..bangun kau ! jangan pura-pura tidak dengar, aku tahu kau di dalam” terial wanita setengah baya gembrot sambil menggedor.

Terbangun Sarbot dari tidur lelapnya, kaget gendoran pagi hari di kamar kosnya. Dibukalah pintu triplek yang hanya diganjal palang kayu itu.

“Hei Sarbot.. bayar sewa kamarmu, nunggak 3 bulan. Kapan kau mau bayar?” semprot wanita gembrot itu.

Dilihat wanita gembrot ini seorang janda pemilik kamas kos yang ia tinggali, memiliki 9 petak pintu kos termasuk yang Sarbot tempati.

“ Kapan bayar?”

“ Nanti pas gajian mak! Sekarang tidak ada uang” kekeh Sarbot sambil menggaruk selangkangan yang gatal.

“ Awas kau jika ingkar, aku gembok pintu kamarmu biar nggak bisa masuk sekalian biar tidur diluar kayak gelandangan”

            Wanita gembrot ini barlalu dengan daster berkibar, Sarbot acuh tak acuh.

“Dasar wanita tengik, butuh sentuhan pria biar mulutnya yang cerewet itu diam” gusarnya dalam hati sambil menutup pintu kamar.

Bergegas Sarbot mandi dan ke kantor untuk melihat pujaan hatinya itu.

Pagi itu ia melihat Mikela dengan blazer dan rok ketat begitu memesonakan tapi pemandangan di sana membuyar lamunannya. Bosnya ikutan gila mendekati Mikela dengan kerlingan matanya menggoda, tawa cekikikan disana membuat hati Sarbot bergejolak.

“Harus malam ini waktunya” gemeretak gigi Sarbot tembus direlung hatinya.

 

*************

Malam itu Sarbot berhadapan dengan helm cerebro miliknya. Dalam hatinya ada keraguan apakah ini berhasil. Tapi malam ini harus dilakukan dan entah kapan lagi, harus sekarang. Sarbot meletakkan helm itu dikepalanya dan menjalankan program deep dream di laptop jadul. Tekan enter dan semua terasa gelap bagi Sarbot.

Sarbot berada dalam dunia virtual yang tidak ia kenali, ini buka kamarnya hanya ruangan putih tanpa ornamen apapun. Tidak ada pintu atau jendela, tidak ada jalan keluar. Ini isi pikirannya yang kosong, Sarbot masih belum paham apa yang terjadi. Kenapa hanya ruang kosong ini yang ia temui bukan seperti harapakan.

Sambil duduk bersila sambil berpikir apa yang salah dari petunjuk profesor Xavier. Baru teringat bahawa Sarbot tinggal mefokuskan pikiran dengan wajah yang ia tuju yaitu Mikela. Sekejab Sarbot berada diruangan kantor dan diujung sana Mikela, sendirian dengan bibir memerah dan ia tersenyum padanya seperti melambai ke Sarbot untuk mendekat.

Sarbot seperti kehilangan kata-kata, seperti magnet kakinya terseret menuju Mikela. Tidak keringat dingin atau gemetar kaki tangan, saat itu Sarbot layaknya pria sejati siap menerkam mangsanya. Dibelai rambut Mikela, disentuh kulit putihnya dan dihirup aroma wangi dari badannya.

Bibir Mikela yang ranum dia kecup, dada berpualam itu ia hisap dengan penuh berahi dan gelora terpendam. Dua anak manusia itu bersenggama dan membuat lindu-nya sendiri di malam itu

 

*******************

 

Tanda kemenangan telah tampak di wajah Sarbot, mesin mimpinya mampu menaklukan Mikela malam itu. Dia nyakin bahwa Mikela akan mengingat kejadian semalam tapi kenyataannya beda. Mikela di ujung mejanya itu tak melihat atau melirik sama sekali dengan Sarbot. Seperti tidak terjadi apa-apa, Sarbot tetap pesuruh jongos bukan hal yang istimewa dimata Mikela.

Sakit rasanya saat itu Sarbot bahwa pujaan yang ia cumbu tadi malam tidak bereaksi sama sekali. Ia bertanya apakah tadi malam nyata atau ilusi yang dibuta mesin mimpi, dengan rasa tak percaya. Sarbot akan mencoba kembali malam berikutnya.

Ia naikan ke level medium, mesin mimpi kembali mengulang kejadian pertemuan alat kelamin dua manusia ini. Tapi tetap saja Mikela tak mengubris dia sama sekali, Sarbot tidak pikir apa gerangan yang terjadi. Sarbot mengulang terus tapi tiada hasil, membuka buku manual dan chatting dengan profesor Xavier sekali lagi.

“Full power mampu meningkat energi mesin mimpi tapi resiko tinggi. Kau tidak akan bisa membedakan antara itu mimpi atau kenyataan” peringat Xavier akan bahaya mesin mimpi jika overload.

“Aku tak peduli biarpun nyawa taruhan” gemertak gigi dengan kepalan erat menggenggam sambil memukul-mukul meja didepannya.

Sarbot meletakkan helm mesin mimpi di kepalanya yang berkecamuk, deep dream diset full di level high. Tak mengubris larangan jika terjadi, di mata hanya ada wajah Mikela. Dan itu terjadi lagi Sarbot merasa beda karena merasa benar-benar menyentuh Mikela saat ritual lingga yoni dilakukan terasa nyata. Pasti kali ini berhasil.

Terik matahari menerobos jendela membuat mata Sarbot terbuka terkena panasnya. Sarbot terbangun, badanya terasa berat seperti melakukan aktivitas berat. Herannya tubuhnya tidak ada sehelai baju sama sekali, ini bukan kamarnya dan disampingnya wanita tambun tertidur berselimut adalah ibu kosnya yang galak itu.

Jadi selama ini aku mengauli ini.

 

Dumai, Januari 2017

Related posts

Leave a Comment

17 − six =