puisi 

Puisi-puisi Rizka Nur Laily Muallifa

Rizka Nur Laily Muallifa. Pembaca tak tahan godaan. Dalam masa-masa riang pasca menerbitkan puisi bersama beberapa kawan yang berjudul Menghidupi Kematian (2018). Tulisannya pernah tersiar di Koran Tempo, Kedaulatan Rakyat, Solopos, Koran Madura, Radar Bojonegoro, detik.com, alif.id, basabasi.co, locita.co, dan langgar.co. Kini aktif bergiat di Diskusi Kecil Pawon, Kisi Kelir, Bentara Muda Solo.

 

Lelaki Bermata Jauh

 

waktu dan keriuk kerupuk hijau pernah kita simpan

baik-baik di toples bekas biskuit lebaran

tiap susunan kita tata dengan pertimbangan setiti

 

dua ratus tiga puluh bulan kemudian

di hari rekah, kita kalah

dan sepakat tak ada lagi tiket terselip di jendela kereta yang muram

kita pilih gembok tanpa kunci untuk stasiun kota yang tenggelam

 

(Sala, 2019)

 

 

Setengah Hari

 

siang baru setengah dan miring ke kanan

sebab hujan tak bercabang

bertamu di himpitan pintu kamar

di dalamnya, mataku

hilang di tiap gigitan jambu

 

orang-orang kecut memandang

nyala neon

seperti ilustrasi komet jatuh

di pelajaran IPA sekolah dasar

mengumpati sabtu yang gagal tidur

 

(Sala, 2019)

 

 

Puisi di Jalan

 

di jalan

aku sering jadi puisi

 

sekian kilometer puisi tak tercampak

ingatan

duduknya tenang

menyusun diksi sesuai warna baju

 

lampu tiba-tiba memerah

wajah puisi jadi ramah

diantarnya senyum koma ke tiap-tiap arah

 

di puluhan jalan berlubang

puisi membenamkan diri

mengamati

batu-batu kecil bergaun malam

 

setelah tanjakan

puisi hilang di belokan

ia, tak pernah sampai rumah

 

(Sala, 2019)

 

 

Kita Jadi Pemikir

 

kata-kata selesai mematut

diri di depan cermin yang terbelah

jadi tiga gugusan

di biliknya rasa sedih dan dua cicitnya

menangis kencang-kencang

di luar, tak ada yang kita dengar

sebab kita terbenam

di balik bualan

yang tampak paling bijak

 

(Sala, 2018)

Related posts

Leave a Comment

thirteen − one =