KRITIK 

MENANGKAP SUNYI DI RELUNG DIKSI

Oleh Atek Bintoro (Kek Atek) ____________________________________________________________________   Buku kumpulan puisi Kasidah Seribu Purnama karya Ahmadun Yosi Herfanda telah diterbitkan melalui penerbit Hyang Pustaka, Cirebon, Jawa Barat. Cetakan pertama, Desember 2022, dengan ISBN nomor 978-623-8066-03-2. Buku ini memuat puisi-puisi yang ditulisnya dalam masa penciptaan sekitar tujuh tahun (2016-2022).

Read More
KRITIK 

POTRET BURAM NEGERI MAJOI

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda, pelayan sastra ___________________________________________________________________                                                                          Ketika menghadapi zaman yang banyak diwarnai kerusuhan sosial, penyimpangan hukum, dan perselingkuhan birokrasi, penyair Taufiq Ismail menulis puisi  “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” (MAJOI). Puisi ini sepintas mengingatkan pada syair “Zaman Edan”, yang ditulis  pujangga Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha, yang merupakan tanggapan kritis terhadap situasi sosial pada masa…

Read More
KRITIK 

Mengungkap Nama yang Tersembunyi

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda, pemred Litera ____________________________________________________________________   Buku kumpulan puisi Hai Maha Wai  karya Rida K. Liamsi (Salmah Publishing, 2022) diberi pengantar panjang yang sangat filosofis oleh Prof. Yusmar Yusuf. Meskipun kagum dengan pengantar yang begitu dalam dan luas,  saya takkan masuk ke “jebakan filsafat” yang dibuka Prof. Yusmar. Biarlah itu menjadi bagian Prof. Abdul Hadi WM, yang sama-sama guru besar filsafat untuk berdialog dengannya. Saya akan memasuki Hai Maha Wai melalui jalan lain yang lebih gamblang bagi apresian.

Read More
KRITIK 

Petualangan Mata yang Fantastis  

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda __________________________________________________________   Membaca novel Mata di Tanah Melus karya Okky Madasari kita dibawa bertualang ke tempat-tempat luar biasa dengan plot yang penuh kejutan. Novel remaja yang diterbitkan Gramedia ini benar-benar fantastis. Mengisahkan seorang anak perempuan 12 tahun, Mata, yang tersesat di tanah Melus – wilayah yang dihuni masyaraka terasing, yang tidak kenal Indonesia.

Read More