PUISI 

Kepada Sancho

Sajak-sajak: Irwan Sofwan _________________________________________________________________   UDARA gunung dan angin yang sendiri jalan-jalan, taman-taman tanpa suara kurasakan jemarinya yang damai berbicara : sampai saat tiba, apakah hanya aku yang diberinya cara menemani perjalanan daun-daun memangkas jarak pada sepi? larut membakarnya. Abadi 2019

Read More
PUISI 

DARI TAREKAT DAUN KE RAMALAN HARI MATI

Puisi-puisi Tjahjono Widarmanto   _____________________________________________________________   TAREKAT DAUN   lantas hijauku jadi buah melon yang bulat segar dan lembut seperti biji-biji tumbuh jadi kuntum dan kelopak mirip bulan bundar yang purnama di malam ke-1000 sempurna jadi hening bermeditasi di relung gua-gua suci tempat kupu-kupu menetaskan telur tanpa pernah jadi ulat apalagi kepompong  

Read More
PUISI 

DARI SEMESTA BAHASA KE PUISI CINTA

Sajak-sajak Sulaiman Djaya ————————————————————————————–    SEMESTA BAHASA   Menjelajah semesta, betapa banyak yang tak kubaca. Ada kegembiraan yang bisu di rumbai tunas-tunas matahari serupa aku yang ingin menyentuh wajahmu. Mencat sepasang bibirmu. Menenun rambutmu dengan senja yang tak pernah menua

Read More
PUISI 

Doa sang Pencari Kayu Bakar

Puisi: Ngadi Nugroho ___________________________________________________________________   DOA SANG PENCARI KAYU BAKAR Dia selalu berdoa. Untuk hutan yang selalu ada. Walau dimusnahkan sekalipun. Walau dimusnahkan sekalipun. Dari pandangan mata. Dan dia tetap berdoa. Agar kayu-kayu kecil tak hilang sirna. Itulah pengharapannya demi memenuhi periuk nasi keluarga.

Read More

Blantik Sapi yang Hidup Abadi

Puisi-puisi: Fatah Anshori ___________________________________________________________________   blantik sapi yang hidup abadi kau meraba tumor suatu mata mencicip aqueus humor, lebih dari dua belas berkas warna mengalir, tapi hanya hitam dan putih saja, yang semilir yang singgah serupa wabah rebah di lembah merusak rumah-rumah, menyulut tangis, dan jerit seseorang di ladang tak bertuan bersila tanpa kepala,

Read More
PUISI 

Elegi di Warung Kopi

Puisi-puisi: Ardhi Ridwansyah _________________________________________________________________   ELEGI DI WARUNG KOPI Di warung kopi, Kita menepi, Kau bercerita, Kalau hari ini, Telah mencincang cinta. Sedang aku sibuk, Menerka keindahan, Yang meringkuk di sepasang mata, Seorang wanita. Kataku, “Aku ingin melukis sajak di matanya.” Katamu, “Semua kata-katanya tak lebih dari bangkai kucing, Yang terkapar di jalan, terlindas Motor tua,”

Read More

Amsal Kala Hujan

Puisi-puisi: Isbedy Stiawan ZS ___________________________________________________________________     AMSAL kuburan melompong! tanah hanya menyisakan wangi tubuh suci, sesudah naik (diangkat?) lalu awan berarak; membungkus diri dekat bukit. di luar kota berjarak 2.ooo langkah di tanah berbatu. tak ada orang mati, liang kosong

Read More

Hujan Selepas Asar

Puisi-puisi: Iwan Setiawan ___________________________________________________________________   HARI KETUJUH Puisi untuk M. Magdalena. Kita pernah bersama di hari itu di kebun dekat pinggir kali kecil pada pagi berpagar pelangi senyummu kusimpan dalam ingatan matamu menggetarkan hatiku pelukmu hilangkan kesangsian dalam pikirku tapi, tahukah engkau? di  hari selanjutnya aku terus menahan jutaan rindu yang berkepi-keping melanda kalbu madukoro baru, 2021

Read More