SEORANG LELAKI DI TEPI JENDELA

Puisi-puisi Andik Trio Widodo

____________________________________________________________

 

SEORANG LELAKI DI TEPI JENDELA

 

dia lupa cara memahami waktu
dinamakan malam atau pagi
dia lupa cara menikmati kenangan

ceceran deru angin bercampur gerimis
berkelisut meningkahi tatapnya yang bintang
seolah langit benderang
seolah kenangan sedang bergamblang

dia lupa cara membenci
dia lupa cara pergi ke arah sunyi
hanya jendela
hanya seseorang yang pernah

membuatnya kembali bernyala

hanya sekarang
hanya kenyataan
kesendirian

dia lupa cara pulang ke rumah
yang ‘tak hanya jendela

matanya mengatup
dadanya meletup-letup
kenanangan bertutup
kalup!

Nganjuk, 2021

 

mengukus tangis

air dalam dandang sudah bergejolak
jarangan kupasang, sambil mengamit

tanganmu yang susah bergerak
aku sendu kau bisu
dalam putaran waktu kita tergugu
digerus rindu

bergulir juga air mataku
juga air matamu
kupandangi wajah sayumu
kau masih ayu walau begitu

mataku menyergap matamu
agh, mulai merah dan bersemu lugu
banyak nama kemudian muncul di benakku
merajang segala sadar juga lenaku

ini musim panas terlama sejak kita bertemu
langit ‘tak kunjung menitikkan air hujan
pada sebuah rindu yang lantas hanyamu
api makin ganas memanggang dandang

kusibakkan kenangan satu-satu
kuamit lagi tangan kenangan tentangmu
kumasukkan kenangan yang hanyamu

mari kita tutup dengan doa alakadarnya
biar tangis tanak
menggumpal dalam dandang kenangan
kita namai saja kue kerinduan

Nganjuk, 2021

 

kota angin

derunya riuh di setiap jalan hingga mimpi
tentang kenikmatan sekepal janji
tubuh-tubuh lapar mengais ranting jati
untuk sekadar merebus ubi
angin sembunyi di sebalik mawar
seisi kota bergetar
pohon-pohon jati bertumbangan
setiap batangnya beraroma beras juragan

nganjuk, 2021

 

namamu telah tertulis pada sebuah nisan

kutitipkan rasaku
pada sebuah cawan kenang sewarna sephia
wajah-wajah kenangan bersungut
harum mawar

pada sebuah nisan
namamu telah tertulis
langit temaram kala itu
wajahmu terlukis di sana
darahmu telah kering

seruang waktu berhias namamu tetap berhidup sedalamku
memaksa menjalin cerita ‘taknyata-‘takberkesudah
sampai kapan kaujejali detak-detik romansaku?
ada-setiadamu: aku telahmu

Nganjuk, 2021

 

 

Andik Trio Widodo, lahir dan bertempat tinggal di Nganjuk. Alumnus FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UNUS PGRI Kediri. Seorang libra sejati yang suka pisang goreng dan menulis fiksi. Saat ini aktif di Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk. Bisa disapa di FB: Andik Trio Widodo atau IG: @andpisanggoreng

WA: 082338101954

Related posts

Leave a Comment

nineteen − thirteen =