PUISI 

SIMFONI KESEMBILAN BERLAYAR DI TUBUH ERNEST HEMINGWAY

Puisi-puisi: J. Akit Lampacak ____________________________________________________________________

SIMFONI KESEMBILAN
(Tentang Beethoven)

Kemudian gelap hinggap pada suara daun di tahun 1824.
Sebagaimana kau pergi memecah sunyi di jalan setapak
Seperti mendengar gemercik air di kran dapur
Setelah basah membasuh resah selama 12 tahun.

Di Wina, entah untuk siapa simfoni dirayakan
Berkisah tentang malam yang tuli dalam gelap
Ketika gerakan konduktor selaras solois
Serak mengarungi ruang
Hening melintas sepanjang ingatan.

O, yang hidup disewa waktu
Di panggung ini kudengar lagi
Gubahan simfoni mengatur sepi
Lalu dalam dirimu tumbuh remang
Menari di hadapan cermin tanpa bayang.

Lubtara,2022

 

Mengenang Bulan Juni
-Sapardi Djoko Damono

Tak ada Pingkan, Sarwono hanya suara samar
Yang hilang disembunyikan kabut
Padahal semalam sakura mekar dalam bayangku
Menghafal peta pagi
Dan beratus sunyi merindu Juni.

Di sini
Makam cinta penuh bunga
Aroma kata menghembus bumi
Merapikan kenangan.
Air mata dan dingin musim
Mengaliri anak-anak sungai
Menemui jiwa malam
Dan sebuah makna merana
Tertulis di kertas-kertas putih
Termasuk sepesang sedih.

Maka kukenang hujan dalam sajakmu
Sebuah angan yang suam dan menghilang
Aku merindukan kemesraan
Yang sembunyi di luar nalar.

Juni, 2022

 

 

Di Rusunawa
-Bersama Aya Varagita

Kita bertemu di Rusunawa
Dengan langit separuh mendung.

Sebelum gerimis itu turun
Kita segera jadi bagian gemersik daun
Menyimak cinta yang hendak berlambai
Seperti dingin, angkuh pada waktu
Setelah cuaca membuat kita saling menunggu.

Di pagar besi itu
Kita saling pandang,
Saling takut untuk datang
Karena mungkin
Besok akan hilang.

Sementara di belakang kita
Tergesa risau mengejar
Tak ada yang mesti tiba
Selain yang bernyawa.

Tapi di Rusunawa
Akan ada yang segera siuman
Ketika malam sampai dalam gelap
Di ranjangnya kita saling memburu mimpi
Hingga kantuk benar-benci pada pagi.

Sumenep, 2022

 

 

Berlayar di Tubuh Emest Hemingway

Mungkin akulah nelayan di lautmu
Yang kali pertama mengenal kesepian
Ketika ikan-ikan memilih pergi
Mempercayai pagi di hati sendiri.

Kesialan yang kulewati
Seperti lumut nyangkut di karang
Akan hijau memikul dendam.

Berkali aku bersandar ke tubuhmu
Sesekali memandang alur romansa
Sementara gelombang terus berkabar bahwa
Di tubuhmu masih tersisa kepastian.

Maka kuhadapi beragam cobaan di hidup ini
Selayaknya upayaku menulismu
Tak ada yang mampu malangkahi
Sesekali ombak terbentum
Di tubuhmu segala nasib akan bergantung.

Lubtara,2022

*Termotivasi Dari Novel Emest Hemigway Yang Berjudul The Man And The Sea

 

J. Akit Lampacak, lahir 03 Mei 2000. Mahasiswa IST Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jurusan Teknolagi Informasi.

Sekarang Aktif di Komunitas Lesehan Sastra Annuqayah (LSA). Tulisan-Tulisannya Telah Tersiar Di Berbagai Media cetak Dan Online. Buku Puisi Tunggalnya Bertajuk Lampang,2021.

 

Related posts

Leave a Comment

eighteen − three =