Hujan Selepas Asar

Puisi-puisi: Iwan Setiawan ___________________________________________________________________

 

HARI KETUJUH
Puisi untuk M. Magdalena.

Kita pernah bersama di hari itu
di kebun dekat pinggir kali kecil
pada pagi berpagar pelangi
senyummu kusimpan dalam ingatan
matamu menggetarkan hatiku
pelukmu hilangkan kesangsian dalam pikirku
tapi, tahukah engkau?
di  hari selanjutnya aku terus menahan jutaan rindu
yang berkepi-keping melanda kalbu

madukoro baru, 2021

 

Perempuan Buruh Tani

kepada maria magdalena

 

sambutlah debu-debu yang menerpa wajahmu
biarkan melekat di kulit tubuhmu
bongkahan tanah dan akar ilalang
kau pecahkan dengan senyum ketegaran
termos air panas, sebungkus kopi sejak pagi menemani
topi kerucut beranyam bambu melekat di kepala
matahari masih mengais mimpi
engkau sudah kembali keladang mencari rezeki
mar
kau bawa sejuta harapan dari mata cangkul yang kau ayunkan
masa depan tentang anakmu yang akan datang
tetap kau khayalkan meski hanya sebatas angan
dari selembar hari pernah kau sisipkan waktu
untuk berbagi cerita kepada anakmu
bagaimana lelahnya menjadi buruh tani
tenaga yang terkuras sering tak sepadan dengan upah
terkadang harus memaksa air mata untuk melepas kecewa

madukoro baru, 2021

 

Hujan Selepas Asar

untuk riana anom sari

 

mendung mengepal senja
peraduan burung basah tergoyah
hujan datang menyarang pada tanah
debu lenyap, rumput tertawa
kita lepas lelah dalam gubuk beratap ilalang
berbagi mimpi tentang harapan
dan anak-anak kita belajar mengemban
mencari masa depan di balik akar-akar tujuan

madukoro baru 2021

 

Segelas Kopi Tanpa Puisi

untuk riana anom sari

kereguk segelas kopi
pada malam ketiga kepergianmu
sebatang rokok hembuskan kesunyian
tiada percakapan pada malam tanpa bintang
sebait puisi kutelan dalam keterasingan
lembaran kertas hanya harapan
kata-kata tak tertata, pena menggores hampa
kubaca sebutir hujan dari kejauhan
mendung yang mengikat gulita tak lagi mampu bertahan
gemuruh mengejar kesangsian
hatiku berdebar mengapung di hujan yang menggelegar
puisi tak jua kudapati
kata-kata kupungut dari kepingan silam
namamu hilang dari kenangan

madukoro baru, 2021

 

 

Iwan Setiawan, kelahiran Madukoro Baru Kotabumi, Lampung Utara 23 Agustus1980, kini berdomisili di kota Lubuk Begalung, Padang Sumatra Barat. Pernah tergabung dalam antologi 55 Penyair Coretan Dinding Kita, 30 Penyair Sastra Roemah Bamboe, 3 Penyair Ilalang Muda, Seutas Tali & Segelas Anggur (2017), tersiar di koran Media Indonesia, Majalah Littera, dan masuk sebagai kategori Puisi Terpuji Anugrah Sastra Litera (2017).

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

four + fifteen =