CERPEN 

Cublak-cublak Suweng

Cerpen: Endang S. Sulistiya ___________________________________________________________________ Hanya karena masih ada bapak dan ibu di kampung halaman, sesekali aku menyempatkan diri pulang. Seringnya sendiri, kadang-kadang bersama suami dan dua anakku. Jujur, ini memang tampak sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti gerakan salat kilat yang aku laksanakan di antara gegap gempita dunia. Tiada sama sekali khidmat seorang hamba yang berserah pada Tuhannya. Lantaran kekhusyukan telah tercurah sepenuhnya dalam mengais rezeki. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pula keinginan yang kian beragam.

Read More
ARTIKEL 

YANG UNIK-UNIK PADA PROSES KREATIF CERPEN

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda, penyair dan cerpenis. ——————————————————————————————-    Proses Kelahiran Cerpen — Cerita pendek atau cerpen dapat lahir melalui berbagai proses. Bisa bermula dari pesanan atau lomba yang temanya sudah ditentukan, bisa dari ide cerita yang berasal dari rekaan murni pengarangnya, dapat dari rekayasa imajiner setelah melihat pemandangan unik atau cerita orang-orang di sekitar kita, dapat dari beberapa penggalan cerita dan berita yang digabung dan disusun jadi kisah fiktif, bisa dari kisah nyata yang direka ulang secara kreatif, dapat dari ingatan atau kenangan masa kecil yang diimajinasikan dan diolah kembali…

Read More

Dan Bunga-bunga Kamboja pun Berguguran di Pesta

Cerpen: Lintang Alit Wetan __________________________________________________________________   “Hai! Jangan kalian bunuh asu piaraanku. Memang ia punya salah apa pada kalian!” Jerit emak geram sambil ia tuntaskan tenggakan bir botol ke-5 siang ini. Bir belum rampung melewati kerongkongan, justru emak disuguhi satu adegan tragis. Gento —asu piaraan emak—diburu seluruh warga kampung. Asu tak berdosa ini akan dijadikan hewan sembelihan, jamuan wajib pesta perkawinan Peang dengan Penjol –anak ke-2 Kamituwo Sontoloyo—adik perempuan semata wayangku. Orang-orang terus berjoget-joget diiringi musik disko koplo. Kepala mereka geleng-geleng. Mulut ndremimil ndleming, tidak jelas suara perkataan mereka, mirip…

Read More

Hujan Selepas Asar

Puisi-puisi: Iwan Setiawan ___________________________________________________________________   HARI KETUJUH Puisi untuk M. Magdalena. Kita pernah bersama di hari itu di kebun dekat pinggir kali kecil pada pagi berpagar pelangi senyummu kusimpan dalam ingatan matamu menggetarkan hatiku pelukmu hilangkan kesangsian dalam pikirku tapi, tahukah engkau? di  hari selanjutnya aku terus menahan jutaan rindu yang berkepi-keping melanda kalbu madukoro baru, 2021

Read More

Berteman Karib di Kepala Jenderal

Cerpen: Ferry Fansuri ___________________________________________________________________   Kami memanggilnya Sarmin, tepatnya Jenderal Sarmin. Kami telah lama bersama Sarmin sejak sedari ia kecil, kami mengikuti terus. Tak pernah lepas dari tatapan kami sedikitpun, ke mana ia pergi kami ada. Sarmin berak, kami di sebelahnya. Sarmin tidur, kami mengawasi di pojok kamarnya. Semua aktivitas yang Sarmin lakukan, kami tahu. Sejak kecil, kami suka akan Sarmin. Ia menyimpan hawa dingin yang membikin kami sejuk, aura seperti inilah kami betah. Tidak seperti kakaknya Tagut, seluruh tubuh berkobar-kobar api membara. Sedikit kami mendekat, kami terbakar. Kami coret…

Read More

Pulanglah ke Rumah Kayu

Puisi: Nuriman N. Bayan ___________________________________________________________________   PULANGLAH KE RUMAH KAYU Pulanglah ke rumah kayu ada yang menunggu di antara deretan fofau, hate besi, dan kenari asap masa kecil yang harum sampai kini masih mengepul kopi yang ingin kamu teguk ampasnya tak akan mengapung pisang yang ingin kamu goreng tak akan bengkak di dalam belanga

Read More
ESAI 

KETIKA KSI MERANGKUL YANG TERPINGGIRKAN

Masyarakat sastra pernah nyaris terbelah oleh wacana pusat dan pinggiran. Para penjaga gawang sastra yang menempati pusat-pusat pentasbihan, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Horison, dianggap kurang memberi tempat pada “sastrawan pinggiran”. Dalam dasawarsa 1970-an dan 1980-an, dua lembaga itu dicurigai sengaja meminggirkan sastrawan daerah, dan bahkan sastrawan Jabotabek, yang belum punya nama.

Read More
CERPEN 

Koma

Cerpen: Vito Prasetyo ___________________________________________________________________ Sebuah kecelakaan telah dialami Reza saat ia berangkat kerja, akhirnya Reza mengalami koma tanpa seorang pun yang tahu apakah dia akan kembali sadar atau akan pergi untuk selama-lamanya. Tatapannya kosong, karena beban berat yang dihadapinya seakan tanpa ujung. Reza ingin sekali membahagiakan ibunya, sebagai orang tua satu-satunya yang dimilikinya.

Read More
PUISI 

Di Depan Mulut Tungku

Puisi-puisi: Samsudin Adlawi ___________________________________________________________________   DI DEPAN MULUT TUNGKU Potongan-potongan ranting kayu setengah kering antre di depan mulut tungku sebuah rumah. Beberapa ekor ayam pucat kesi terkulai dalam perut panci usang tanpa darah tanpa bulu. Api memercik dari kepala batang korek melumat ranting kayu. Merah baranya marah menyengat pantat panci usang.

Read More