ESAI 

Buku Sastra Bukan Sekadar Kliping Karya

Pada suatu kesempatan, saya bertemu dua kawan penyair di salah satu pojok di Pamulang, Tangerang Selatan. Salah seorang di antaranya bertanya: Apakah ada buku Abang yang terbit tahun ini? Saya terdiam sejenak, lalu berkata: “Saya belum bisa menjawab untuk apa saya menerbitkan buku baru?” Itu bukan jawaban bercanda, tapi sangat serius. Alasannya, pertama, lazimnya yang banyak dilakukan penyair dan penulis cerpen di Indonesia adalah menerbitkan atau membukukan membukukan karya-karya yang pernah dimuat di media. Jadi, sesungguhnya yang dia lakukan bukan menerbitkan buku, tapi membuat kliping karya dalam bentuk buku.

Read More
PUISI 

Dari Bentangan Matamu

Puisi: Ahmad Rizki ____________________________________________________________________   Dari Bentangan Matamu Dari bentangan matamu aku mengenal jalan-jalan yang panjang dan menyengsarakan –aku kenal iri dan dengki, dan cinta-kasih terbelenggu sendiri. Dari hari-hari itu, sepasang burung berhamburan mencari perlindungan –mencari pakaian hangat di musim dingin yang menakutkan.

Read More
KRITIK 

Mengungkap Nama yang Tersembunyi

Oleh Ahmadun Yosi Herfanda, pemred Litera ____________________________________________________________________   Buku kumpulan puisi Hai Maha Wai  karya Rida K. Liamsi (Salmah Publishing, 2022) diberi pengantar panjang yang sangat filosofis oleh Prof. Yusmar Yusuf. Meskipun kagum dengan pengantar yang begitu dalam dan luas,  saya takkan masuk ke “jebakan filsafat” yang dibuka Prof. Yusmar. Biarlah itu menjadi bagian Prof. Abdul Hadi WM, yang sama-sama guru besar filsafat untuk berdialog dengannya. Saya akan memasuki Hai Maha Wai melalui jalan lain yang lebih gamblang bagi apresian.

Read More
PUISI 

RUANG KERJA AYAH DI DEPAN KUBURAN

Puisi: Tjahjono Widarmanto ____________________________________________________________________   SEPATU KERJA ia selalu membuatku mabuk serupa pelaut muda diplonco di kapal oleng memaksaku selalu tergesa dan lupa pulang, lupa pada petang senyum sekaligus kemarahan istriku selalu kau sembunyikan dalam lubang apekmu tungkai kakiku selalu goyah diburu kalender dan panik yang mengambang kau membuatku selalu lupa terpejam tak memberiku giliran berlama-lama di kamar mandi menggelembungkan sabun, sambil bersiul lagu-lagu nostalgia. selalu membuat sisa-sisa sabun mengembun di belakang telinga handuk dan celana dalam pun selalu lupa tertinggal

Read More