CERPEN 

(Tidak) Ada Surga di Kaki Ibu

Cerpen: Kak Ian _______________________________________________________________ Semua pasang mata mengarahkan kepadaku. Di ruang tamu, aku seperti terdakwa yang tidak bisa lagi untuk beralibi. Tak berkutik dan terpojok. Alibi-alibi yang kukatakan kepada mereka dianggap hanya sebagai dongeng peneman tidur. Esoknya membosankan bila diulang-ulang lagi diceritakan. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa saat ini. Mereka benar-benar menganggapku sebagai sanderanya saja. Bila aku tidak menuruti kata mereka terpaksa membusuk di tempat pesakitanku saat ini.

Read More
CERPEN 

Calon Mayat

Cerpen: Zainul Muttaqin ____________________________________________________________________ Sudah hampir satu minggu Mak Murken jatuh sakit, lemas tiba tiba tubuhnya. Dia terbaring di atas ranjang, tak lagi banyak berkata. Sesekali saja ia bicara, pelan suaranya terdengar meminta sesuatu pada Wati, anak perempuannya itu. Semakin hari, wajah Mak Murken kian redup, pucat terlihat oleh Wati. Kecemasan tambah membelukar dalam dada Wati, takut ia bila ibunya meninggal.

Read More
PUISI 

Rel Kereta Stasiun Besar

Puisi-puisi: Setiyo Bardono ____________________________________________________________________ TANGGA STASIUN KERETA Menapaki anak-anak tangga stasiun kereta, aku belajar menghitung kalori yang terbakar sebanyak angka-angka tertera. “Naik tangga membuat jantung sehat,” katamu memberi semangat. Semoga itu bukan sekedar rayuan pemikat, agar aku melupakan eskalator yang sering tak sehat atau lift yang terkadang sekarat.

Read More