Si Hitam Manis Belum Jodohku

Cerpen Azizur Rahmi

DIA yang begitu anggun dengan pesona dan warnanya yang menggodaku, duduk indah dalam lemari kaca. Warnanya yang elegan, kulitnya yang mulus, serta kilauan yang begitu sempurna yang dia pancarkan dari kulit luar. Dialah si hitam manis yang setiap hari selalu kuperhatikan dari seberang jalan ketika berangkat ke kampus, sebuah laptop yang selalu kudamba untuk bisa kumiliki.

Mempunyai si hitam manis hanyalah sebuah angan-angan bagi mahasiswi sepertiku, karena keaadaan ekonomi keluargaku yang pas-pasan sangat sulit sekali untuk membeli barang mewah itu. Jangankan untuk membeli laptop, untuk membiayai kuliah dan biaya hidup sehari-hari saja sudah sangat susah sekali bagi keluargaku untuk memenuhinya.

Tapi melihat sebagian besar teman-temanku memiliki barang yang bernama laptop itu akupun juga berniat untuk memilikinya. Jika aku sudah punya laptop aku tidak akan susah lagi mengetik dan membuat tugas kuliah yang notabene kebanyakan harus diketik. Selama ini alternatif yang kugunakan melaksanakan tugas itu dengan cara meminjam laptop teman atau dengan cara menyewa jasa rental komputer, dan hal itu kurang efisien karena memakan biaya terlalu besar. Jika saja aku punya laptop sendiri dana-dana tersebut bisa aku tabung dan aku gunakan untuk keperluan lain.

Tanggal 22 Juni aku putuskan untuk kuliah sambil bekerja, dengan harapan uang yang kudapat bisa kusimpan, dan nantinya jika sudah mencukupi aku bisa beli laptop. Selama seminggu tanpa menghiraukan hujan dan panas aku kelilingi sebuah pasar untuk mencari pekerjaan yang cocok di mana pekerjaan itu tidak akan mengganggu jadual kuliahku. Dan akhirnya tepat pada tanggal 29 Juni lamaranku diterima di sebuah perusahaan bordir komputer yang lokasinya tak begitu jauh dari kampusku.

Tanggal 1 Juli merupakan hari pertamaku bekerja di perusahaan tersebut. Perusahaannya tidak terlalu besar dan karyawannya juga tidak banyak. Awal bekerja hal yang membuatku nervous dan linglung, aku belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Tapi berhubung si bos orangnya baik hati beliau dengan sabar mengajariku, tak butuh waktu lama juga bagiku untuk melakukan semua pekerjaaan itu. Berkat latihan dan ketekunan dalam waktu dua hari aku bisa lancar melakukan bordir komputer.

Aku bekerja dengan rajin dan tekun. Semangat itu begitu membara hanya karena satu hal, yaitu bisa membeli sebuah laptop yang aku lebih suka menyebutnya dengan si hitam manis. Bekerja di toko tersebut ternyata menyita banyak waktuku. Aku lebih dibikin sibuk daripada sebelum-sebelumnya. Kalau dulu pulang kuliah aku bisa istirahat, aktif di berbagai organisasi di kampus, ngumpul-ngumpul dengan teman-teman dan mengulang pelajaran di malam hari, tetapi sejak bekerja hal seperti itu tidak bisa lagi kulakoni. Pulang kuliah aku langsung bekerja karena di tempatku bekerja hanya ada 3 shif; shift pagi pukul 8.00 – 14.00, siang 14.00 – 22.00, malam 22.00 – 8.00. Karena pagi aku harus kuliah, maka aku ambil shift siang yang otomatis pulang kuliah jam satu aku sudah langsung berangkat ke tempat kerjaku.

Kesibukan membuatku sedikit kelelahan dan tak punya banyak waktu seperti dulu lagi. Semenjak bekerja aku sudah jarang ngumpul sama teman-teman, tak begitu aktif di organisasi dan mengerjakan tugas pun aku lakukan larut malam setelah bekerja.

Pekerjaan yang membuatku untuk tidur yang selalu larut malam sedikit berimbas pada fisikku. Mataku sudah mulai cekung dan berat badanku menurun. Tapi itu bagus juga sih karena tanpa diet aku pun bisa langsing dengan sendirinya. Hmm…

Semuanya itu aku jalani dengan penuh semangat dan ceria. Kuliahku tetap jalan seperti biasanya, dan bekerjapun aku selalu berusaha memberikan hasil yang terbaik semaksimal yang kubisa. Tepat tanggal 2 Agustus aku terima gaji pertama. Begitu bahagianya hati ini. Gaji itu kusimpan sebagian dan sebagiannya lagi kupakai untuk keperluan kuliah karena akhir-akhir ini kiriman dari kampung mulai tersendat-sendat dan jumlahnya pun makin sedikit. Tapi tak apalah, aku paham dengan kondisi keluargaku di kampung, bisa kuliah saja itu sudah syukur. Kadang aku tak tega melihat Amak dan Apak di kampung, tapi itu semua kujadikan semangat untuk meraih kesuksesan di kemudian hari.

Detik-detik berlalu, jam terus berputar, hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun terlewati. Tanpa disadari sudah setahun aku kerja di sini dan selama itu pula aku telah berhasil mengumpulkan uang untuk memiliki si hitam manis.

Tanggal 5 Juni genap setahun setelah kumulai mengumpulkan uang aku pergi ke kediaman si hitam manis. Aku pergi besama Imayari. Deg-degan sekali rasanya untuk berjumpa dengan si hitam manis karena kali ini aku menjemput dia dan akan membawanya pulang.

Setelah transaksi selesai dan semua perlengkapan si hitam manis selesai dipakkan aku sudah bisa memikulnya di punggungku. Dengan rasa haru dan bahagia kugendong dia ke kosanku. Selama ini aku hanya bisa melihat dia duduk indah di etalase dan sekarang dia bisa kubawa kemanapun aku suka.

Senang sehari hari ini. Sesampainya di kos aku langsung sujud syukur. Akhirnya aku berhasil juga punya si hitam manis. Saking senangnya kuciumi si hitam manis. Temenku Imayari hanya bisa tersenyum simpul melihat tingkah anehku itu.

***

Hari ini hari terakhirku kuliah dan besok sudah mulai libur panjang yang lebih kurang selama dua bulan setelah ujian semester. Aku telepon Mak di kampung, karena sudah lama sekali aku tak bicara sama Mak.

“Mak, Aini sudah mulai libur, besok Aini pulang, akan beri surprise buat Amak.”

“Surprise, surprise, apa maksud Aini? Berjelas-jelas sajalah, tidak mengerti Mak bahasa anak kota itu,” Kata Amak heran. Aini tersenyum.

“Pokoknyo surprise, Mak. Besok Aini pulang mungkin sampai di rumah malam. Jadi jemput Aini sama si Ridho di terminal ya, Mak?”

Setelah menelpon Mak aku mempersiapkan segala sesuatu yang akan kubawa pulang ke kampung besok dan tepat pukul 23.57 aku langsung tidur lalu bermimpi bertemu Mak di kampung bersama si hitam manis.

Pukul 14.00 selesai mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kuliah dan pekerjaanku, aku langsung ke terminal dengan si hitam manis di punggungku. Dari jauh sudah banyak sekali para calo yang bertanya ini-itu kepadaku. Bus yang akan membawaku ke kampung berada di deretan nomor dua di Blok C, tepatnya di bagian paling ujung di terminal ini. Setelah memesan karcis aku langsung naik.

Perjalanan ke kampungku butuh waktu 6 jam. Bus yang begitu sesak membuatku sedikit kegerahan. Aku selalu memeluk erat si hitam manis di pangkuanku, aku takut nanti dia lepas dari genggamanku. Perjalanan yang panjang ini membuatku begitu ngantuk dan kelelahan. akupun tertidur dengan pulasnya.

Pukul 8 malam aku tiba di kampung halamanku. Bus ini tidak bisa melewati rumahku karena jalan ke rumahku itu melalui gang sempit dan sedikit becek, hanya sepeda motor yang bisa  melewati jalan menuju rumahku.

Turun dari bus dengan kepala yang sedikit berat dan kaki yang kesemutan aku celingak celinguk mencari sosok Ridho si adik bungsuku. Dia sekarang sudah duduk di kelas 3 SMA. Mataku beputar ke sana ke mari mencari dia, dan akhirnya kutemui dia sedang berlari kecil menuju ke arahku.

“Uni!”

“Ridho, oh rindu Uni kepadamu. Sudah lama menunggu tadi?”

“Lumayan Uni, dari pukul 6 sore tadi. Uni kok terlihat kurus sekarang?”

“Uni diet, jadinya terlihat kurus,” candaku.

Setelah itu Ridho, adikku itu mengajak pulang.

Kulepas tas dari punggungku. Tapi ada rasa yang sedikit berbeda ketika itu. Bobot ranselku jauh berkurang, badanku dan entah kenapa badanku mulai terasa panas dingin. Tubuhku sedikit gemetaran. Perlahan-lahan kubuka ransel hitam yang kupunya, dalam suasana malam yang remang-remang sekilas kulihat bahwa benda tajam mungkin telah dengan kasarnya menggores kulitnya yang bagus dan kuat ini yang membuat tasku robek dan tak berbentuk.

Kulihat isinya sudah tidak beraturan lagi. Si hitam manis juga tak kutemui lagi, yang ada hanya beberapa buku tulis dan serpihan ransel yang berserakan didalamya.

Mataku mulai bekunang-kunang, kerongkonganku kering, bibirku kelu. Dunia terasa begithu sempit. Semuanya terlihat kembar dan membuatku begitu pusing hingga akhirnya ku jatuh dan entah apa yang terjadi sesudahnya. Semuanya gelap. []

Related posts