PERISTIWA 

Ketika Pelajar Bersuara Lewat Sastra

Sekitar 50 orang berkumpul di Akademi Bambu Nusantara, Serpong, Tangerang Selatan hari ini, Kamis, 5 Mei dalam suatu acara seni. Sebagian besar mereka adalah para Pelajar dari perwakilan beberapa sekolah yang terhimpun dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia Tangerang Selatan (PII Tangsel). Sebagian lagi berasal dari beberapa komunitas seni dan sastra yang ikut menyemarakkan acara tersebut.

PII Tangsel hari ini memang mengadakan acara seni bertema “Belajar Tanpa Batas.” Acara seni sebenarnya acara rutin bulanan PII Tangsel. Hanya acara ini menjadi spesial karena berdekatan dengan Hari Pendidikan Nasional dan bertepatan dengan Hari Bangkit PII.

Acara dimulai pukul 14.30 dengan dipandu oleh MC Andy Lesmana (komunitas Malam Puisi Tangerang) dan Alfiyah Az Zahra (siswa SMA Almubarok Pondok Aren). Beberapa pengisi acara tampil dengan penuh antusias mulai dari baca puisi, pantonim, stand up comedy, menyanyi, musikalisasi puisi dan orasi singkat budaya.

Pembacaan puisi tentu sebagian besar dibawakan oleh pelajar yang tergabung dalam organ PII Tangsel dan sebagian komunitas yang diundang oleh PII Tangsel. Dari komunitas Dapoer Sastra Tjisaoek (DST) ada Raka Mahendra yang membawakan puisi tentang korupsi. Pesan puisi Raka Mahendra mengajak audiens agar jangan menyebut pelaku korupsi dengan sebutan “Seorang Koruptor”, yang tepat adalah adalah “Seekor Koruptor”. Ada Nana Sastrawan yang tampil impresif membawakan puisi WS Rendra yang berjudul “Orang-Orang Miskin.” DST juga mengisi acara pantonim yang dibawakan oleh Ramanda Yuda Pratomo.

Acara semakin meriah saat ada penampilan stand up comedy oleh siswa SMA Darussalam Ciputat dan dilanjutkan dengan banyak penampilan baca puisi dan tarik suara oleh para pelajar. Nardji, selebritis sekaligus entertainer yang hadir di acara tersebut tampil membawakan orasi singkat budaya. Dalam orasi singkatnya Nardji memberi apresiasi yang tinggi pada PII Tangsel dan menyatakan rasa bangga karena para pelajar mampu memanfaatkan momentum liburan untuk menggelar acara yang bersifat mendidik dan penuh makna.

Saat diwawancarai awak Litera, Muhamad Gustian Syah, ketua panitia acara tersebut mengatakan bahwa ia ingin mengajak para pelajar di Tangsel khususnya yang tergabung di organ PII Tangsel bisa mengangkat nama PII Tangsel dengan kegiatan yang edukatif.

“Di sela-sela acara ini juga akan ada semacam penyampaian materi tentang keorganisasian oleh mentor PII Tangsel, kak Fajar Iman Hasanie dan kak Mardhiyah Luthfi,” terang ketua panitia berkacamata tersebut.

“selain itu harapan yang lebih khusus dengan adanya acara ini, saya ingin teman-teman bisa mengenal dan belajar sastra, seni dan kerajinan tangan dari bambu. Itulah mengapa acara ini diadakan di Akademi Bambu Nusantara,” imbuh siswa yang duduk di bangku SMA ini.

Acara  sempat istirahat sebentar untuk melakukan Sholat Maghrib untuk kemudian berlanjut kembali. Sebagai penampilan terakhir adalah musikalisasi puisi oleh Zhevita (KSI Tangel dan Sarang Matahari) berkolaborasi dengan Tao Hidayat dan Adang (komunitas EmPang). Dzevita sendiri sempat tampil dalam opening dengan membawakan puisi. Sementara Tao dan Adang sempat mengiringi penampilan Pantonim. Adang yang juga seorang musisi jalanan sempat berkelakar, “dulu saya dipanggil Adang Yang Terlupakan, tapi sejak sering tampil di banyak event seni dan sastra, saya berganti julukan menjadi Adang yang tak terlupakan.”

Acara berakhir tepat pukul 19.00 meski banyak audiens enggan beranjak dari tempat tersebut dengan memanfaatkan moment itu untuk sekadar bersenda gurau dan berbagi informasi.

 

(Mahrus Prihany)

 

Related posts

Leave a Comment

fourteen − ten =