puisi 

Puisi-puisi Kim Al Ghazali

Kim Al Ghozali AM lahir di Probolinggo, 12 Desember 1991. Kini mukim di Denpasar dan bergiat di Jatijagat Kampung Puisi (JKP 109). Puisi-puisi dan tulisannya yang lain tersebar di pelbagai koran di Indonesia, di media online dan banyak antologi. Buku puisinya Api Kata (Basabasi, 2017) masuk daftar panjang Kusala Sastra Katulistiwa 2016-2017. Buku terbarunya yang akan terbit: Angin Pertama.

4 Kemungkinan Bagi Sedihmu

Sedih mungkin hanya garis tipis
Lurus dari hatimu ke laut terdalam.

Mungkin juga sebentuk tanda
Yang tak pernah kau saksikan
Saat bangun dari tidur panjang.

Bisa pula sebatas resonansi
Gelombang biru langit di tanganmu
Saat tanganmu menggenggam
Tanganmu yang lain.

Sedih mungkin hanya garis tipis
Mungkin makna terperangkap
Dalam bentuk, selalu terbit tergesa

Dari pusat yang sama, beriringan
Dengan prestissimo perasaanmu.

Sebelum Kau Hapus

Sebelum kau hapus bayang-bayang itu,
Kau hanya memperpanjang masa kesedihan.
Dan udara pagi yang masuk ke kamarmu
Tak mampu menggerus sesuatu yang membeku.

Sebelum kau hapus, hal-hal lain
Terus berdatangan bagai seribu camar
Turun dari langit kosong. Hinggap
Di kedua telingamu, di sepasang matamu,
Dalam kepala juga hatimu yang tua dan berlubang.

Kau tahu Cinta, kesedihan hanya penjara
Dengan jeruji tipis yang kausadari. Kedua tanganmu
Lebih dari sepasang dahan kering. Kau mampu
Mematahkannya atau tidak sama sekali.

Sebelum kau hapus, bayang-bayang itu hanya
Perpanjangan mimpi nakal yang nyusup di antara
Insomniamu. Jangan kau serahkan
Dirimu pada dunia di balik punggungmu.

Sepasang kakimu sebagai duniamu sendiri
Yang mampu menopang tubuh dan laut riang
Dalam dirimu.

Tak Semua Kita Ceritakan

Tak semua bisa kita ceritakan
Kita menua; hari-hari berjalan, pohon
Tumbuh dan besi-besi berkarat.

Yang tersisa dan selalu tetap
Hanya biru laut dan gelombangnya.

Mungkin ada satu kisah ditulis
Kita sisipkan dalam larik puisi cinta
Tapi tak lebih sebagai fragmen
Dan peredam putus asa semata.

Ada pula sedikit sembunyi dalam lagu;
Rahasia dan kenakalan masa muda.
Sekali waktu meminta kita
Menyusuri kembali labirin masa lalu
Lewat nada dan lengking melodi.

Tak semua bisa kita ceritakan.

Tangan kita memang ingin
Menuliskan segalanya:

Tentang aku, kau, malam dan bir,
Tentang perempuan diajak bersulang
Tentang cinta dan kehilangan
Atau tentang hasrat bunuh diri.

Tapi seorang lelaki terus beranjak
Ke halaman-halaman kosong.
Yang tersisa dan abadi hanya
Kenangan dalam getir di hari-hari sepi.

Related posts

Leave a Comment

5 + seventeen =