NOBEL SASTRA BAGI ABDULRAZAK GURNAH

JAKARTA (litera) – Novelis kelahiran Zanzibar, Abdulrazal Gurnah, meraih penghargaan Nobel Sastra 2021. Demikian diumumkan The Swedish Academy dalam siaran pers, Kamis 7 Oktober 2021.

“Dedikasi Abdulrazak Gurnah pada keberanaran dan keengganannya pada penyederhanaan sangat mencolok,” tulis Anders Olsson, ketua Panitia Nobel Akademi Swedia, seperti dikutip CNN Indonesia.

Novel-novel Gurah, lanjut Olsson, melompat dari deskripsi stereotipe dan membuka pandangan kita ke Afrika Timur, yang beragam secara budaya, namun belum dikenal banyak orang di bagian lain dunia.

Menurut the Swedish Academy, seperti dikutip CNN, dalam alam semesta penulisan Gurnah, segalanya berubah. Baik kenangan, nama, ataupun identitas.

“Eksplorasi tak berujung yang didorong hasrat intelektual hadir di seluruh bukunya, dan sama-sama menonjol kini di Afterlives (2020), seperti kala ia mulai menulis sebagai pengungsi saat berusia 21 tahun,” tulis the Swedish Academy.

Abdulrazak Gurnah lahir pada 1948. Merupakan novelis kelahiran Zanzibar, Tanzania, dan menulis dalam bahasa Inggris serta menetap di London, Inggris Raya. Ia pindah ke Inggris untuk menempuh studi pada 1968.

Pada 1980 hingga 1982, Gurnah sempat mengajar di Bayero University Kano, Nigeria. Ia kemudian pindah ke University of Kent dan meraih gelar doktoral di sana pada 1982.

Menurut CNN Indonesia, Abdulrazak Gurnah kini tercatat dalam British Council sebagai pengajar Sastra Inggris University of Kent dan sebagai editor rekanan jurnal Wasafiri.

Secara akademis, Gurnah menaruh ketertarikan pada penulisan era pascakolonial dan pembahasan terkait kolonialisme, terutama yang berkaitan dengan Afrika, Karibia, dan India.

Abdulrazak Gurnah juga tercatat menjadi pengawas proyek penulisan dari sejumlah penulis ternama, seperti Salman Rushdie, VS Naipaul, GV Desani, Anthony Burgess, Joseph Conrad, George Lamming, dan Jamaica Kincaid.

“Gurnah terkenal berkat karyanya, Paradise, pada 1994. Karyanya tersebut masuk dalam berbagai daftar pendek ajang penghargaan, seperti Costa Book Award (Whitbread Award),” tulis CNN Indonesia.

Gurnah juga dikenal berkat karyanya yang bertajuk Desertion (2005) dan By the Sea (2001). * litera/cnn indonesia

 

Related posts

Leave a Comment

sixteen + 16 =