Dan Bunga-bunga Kamboja pun Berguguran di Pesta

Cerpen: Lintang Alit Wetan __________________________________________________________________   “Hai! Jangan kalian bunuh asu piaraanku. Memang ia punya salah apa pada kalian!” Jerit emak geram sambil ia tuntaskan tenggakan bir botol ke-5 siang ini. Bir belum rampung melewati kerongkongan, justru emak disuguhi satu adegan tragis. Gento —asu piaraan emak—diburu seluruh warga kampung. Asu tak berdosa ini akan dijadikan hewan sembelihan, jamuan wajib pesta perkawinan Peang dengan Penjol –anak ke-2 Kamituwo Sontoloyo—adik perempuan semata wayangku. Orang-orang terus berjoget-joget diiringi musik disko koplo. Kepala mereka geleng-geleng. Mulut ndremimil ndleming, tidak jelas suara perkataan mereka, mirip…

Read More

Berteman Karib di Kepala Jenderal

Cerpen: Ferry Fansuri ___________________________________________________________________   Kami memanggilnya Sarmin, tepatnya Jenderal Sarmin. Kami telah lama bersama Sarmin sejak sedari ia kecil, kami mengikuti terus. Tak pernah lepas dari tatapan kami sedikitpun, ke mana ia pergi kami ada. Sarmin berak, kami di sebelahnya. Sarmin tidur, kami mengawasi di pojok kamarnya. Semua aktivitas yang Sarmin lakukan, kami tahu. Sejak kecil, kami suka akan Sarmin. Ia menyimpan hawa dingin yang membikin kami sejuk, aura seperti inilah kami betah. Tidak seperti kakaknya Tagut, seluruh tubuh berkobar-kobar api membara. Sedikit kami mendekat, kami terbakar. Kami coret…

Read More
CERPEN 

Koma

Cerpen: Vito Prasetyo ___________________________________________________________________ Sebuah kecelakaan telah dialami Reza saat ia berangkat kerja, akhirnya Reza mengalami koma tanpa seorang pun yang tahu apakah dia akan kembali sadar atau akan pergi untuk selama-lamanya. Tatapannya kosong, karena beban berat yang dihadapinya seakan tanpa ujung. Reza ingin sekali membahagiakan ibunya, sebagai orang tua satu-satunya yang dimilikinya.

Read More

Amnesia Ringan

Cerpen: Fatah Anshori ___________________________________________________________________ Aran membuka-buka lagi buku stensilan yang ia beli di toko buku loakan, di sudut stasiun kota. Barangkali itulah satu-satunya toko buku di kota Aran yang masih bertahan seiring seringnya buka tutup toko buku di kota itu. Memang menurut Badan Statistik Nasional, kota Aran menduduki peringkat ketiga kota literasi di negaranya yang carut-marut itu. Tapi sepanjang mata memandang dan menyisir sekitar di manapun tak Aran temukan orang sedang sibuk membaca buku. Yang ada hanya pedagang asongan sedang membasuh peluhnya yang bertumbuhan di dahi, tengah kepanasan di perempatan…

Read More

Kisah Cinta Aiman

Cerpen: Hafis Azhari ______________________________________________________________________ Kehidupan cinta yang dialami keluarga Aiman agak aneh, misterius, dan membingungkan. Tidak kepikiran oleh otak Aiman. Selalu saja ada hubungannya dengan kecelakaan atau tragedi, seperti keserempet motor, jatuh dari sepeda, atau bahkan tenggelam di dasar sungai. Bila mengingat-ingat hal itu, kadang Aiman tak bisa tidur semalaman. Terlebih ketika ia beranjak di kelas tiga SMU. Kadang pikiran aneh itu terbayang-bayang hingga tak menyadari kalau jarum jam sudah menunjukkan Pk. 5.00 dini hari, dan azan subuh bertalu-talu di segenap penjuru. Suatu hari, ayah Aiman bercerita tentang masa lalunya, ketika…

Read More

Suatu Hari dalam Hidup Saya

Cerpen: Irawaty Nusa ______________________________________________________________________ Nama saya Laura Nikita, beralamat di Blok D4 No. 12A PCI, Kota Cilegon. Sebenarnya saya enggak suka penulisan alamat seperti ini. Masih mending alamat yang dulu sewaktu saya duduk di kelas 5 SD, karena hampir semuanya kata-kata: Kampung Jombang, Desa Karang Asem, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Saat itu, Kota Cilegon masih belum berkembang. Barulah ketika saya menginjak kelas 3 SMP, mulai ada mal-mal, supermarket besar, hingga menyusul minimarket-minimarket di sekitar desa kami. Ayah saya diadopsi oleh keluarga Ibu di dekat pusat Kota Cilegon. Aslinya…

Read More
CERPEN 

Batu Keramat Sang Wartawan

Cerpen Supadilah Iskandar ________________________________________________________________   Sekitar dua puluh tahun umur saya waktu menyimak ucapan Ayah perihal jodoh. Walaupun saya selalu menjaga jarak dengannya, tapi harus saya akui bahwa saya toh tidak memiliki hubungan darah dengan siapapun kecuali dengan orang tua sendiri. Karena itu, ketika dia menyatakan bahwa “jodoh itu sudah ada yang ngatur”, kata-kata itu seakan melekat kuat dalam ingatan saya.

Read More
CERPEN 

Suryamin dan Kakaknya

Cerpen Humam S. Chudori ___________________________________________________________________ Sudah tujuh bulan, sejak tinggal di kompleks perumahan RSS yang dibelinya secara cicilan melalui bank pemerintah, Suryamin tak menemukan guru ngaji di daerah itu. Ia tak mungkin membiarkan anaknya tidak bisa mengaji. Ia menyadari pentingnya mengajarkan membaca Alquran bagi anak-anak. Mengajar membaca kitab suci merupakan kewajiban orangtua terhadap anak. Ia yakin sekali jika anak tidak mendapatkan pendidikan agama, maka orangtua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Read More
CERPEN 

Kiai Sepuh

Cerpen Muhtadi ZL ______________________________________________________________________ Setiap pulang dari dhalem Kiai Sepuh, wajah Rakmin selalu tampak murung. Pikirannya kerap bingung dengan pertimbangan Kiai Sepuh. Karena ketika menuturkan pembaharuan desa, tidak jarang Kiai Sepuh menolak mentah-mentah. Apesnya lagi, saat dimusyawarahkan dengan perangkat desa yang lain, dirinya dihujani hujatan. Sampai-sampai ia tidak tahu harus melakukan apa supaya desa yang ia pimpin bisa sejahtera.

Read More

Jalan Pulang

Cerpen: Firman Fadilah __________________________________________________________________   Bulan bulat sempurna pada malam kepulanganku. Sinarnya yang terang sedikit melegakan kerisauan, cemas bercampur amarah di dadaku. Aku yang sering ngotot kepada adik iparku untuk selalu memberi kabar jika terjadi sesuatu kepada istriku, Tania, di tengah kehamilannya yang sudah memasuki bulan terakhir, tak begitu diindahkannya. Dianggapnya kecemasanku ini adalah main-main. “Ah, tenang saja. Tidak usah berlebihan. Ada aku dan Ibu yang menjaga istrimu. Meski cerewet dan suka bikin kesel, dia tetap Kakaku.” Kuingat kata-kata terakhirnya itu dengan mencebik kesal.

Read More