CERPEN 

Perempuan yang Diburu Kenangan

Cerpen Ahmad Tadi N* ________________________________________________________________   Sampai saat ini, kau masih belum bisa melupakan kenangan itu. Kenangan yang terkadang menggenangkan air mata di pelupuk mata. Meski sudah berapa kali kau berusaha melupakannya, kenangan itu akan selalu hadir, nyaris menyerupai kedipan matamu. Kenangan itu terlalu pekat. Terlalu dalam. Terlalu menetap. Dan kau tak mampu merawat dengan tepat.

Read More
CERPEN 

Daftar Terakhir pada Oktober yang Muram

Cerpen: Rumadi ________________________________________________________________   Akhirnya kau tertangkap juga. Akhir Oktober, secara tak sengaja seorang pencari kayu bakar sedang melihatmu meringkuk di bawah pohon besar, sambil mengunyah pisang. Pencari kayu bakar itu menjerit, dan ia lari tunggang langgang, membuat beberapa petani yang sedang menggarap sawahnya di pinggiran hutan, langsung datang ke arah sumber suara, dan mereka mendapatimu.

Read More
CERPEN 

GADIS DALAM LUKISAN

Cerpen: Fini Marjan ___________________________________________________________   Sepasang burung cinta di dalam sangkar indahnya sedang memadu kasih di teras taman itu.  Kebun indah penuh bunga,  sesekali tampak kuntum-kuntum mungil bunga yasmin putih jatuh dari pohonnya. Pemandangan itu menyempurnakan keindahan taman yang dilengkapi lampu-lampu berwarna keperakan. Suara-suara cicit burung dan gemercik sungai-sungai yang mengalir di bawahnya terdengar menenteramkan batin.

Read More
CERPEN 

Apa Adanya Bukan Ada Apanya

Cerpen: Mifta Izza ____________________________________________________________________ Diberi hati minta jantung. Mungkin begitu peribahasa yang cocok digambarkan untuk Julia. Entah dirinya yang merasa kurang, atau fitrah manusia yang tidak pernah merasa cukup. Manusia sering bertanya kapan hujan turun saat musim kemarau, tapi merindukan kemarau saat musim penghujan. Alasannya kalau musim penghujan sulit untuk berpergian. Pun sebaliknya.

Read More

Siapa yang Menaburkan Bau Busuk di Beranda Rumah Kami

Cerpen: Kak Ian ___________________________________________________________________   Beberapa hari ini kami mencium bau busuk. Baunya seperti perpaduan antara anyir dan nanah manusia yang sudah membengkak di tubuh lalu meletus. Begitu baunya saat tercium oleh kami. Sungguh membuat kami tidak nyaman sekali. Ya, baunya sangat menyengat sekali bila kami menciumnya. Anehnya, bau itu baru menyengat bila malam tiba. Kami yang menciumnya saat itu benar-benar sangat terganggu sekali bahkan tidak bisa tidur. Bagaimana mau nyenyak, saat mencium bau itu saja kepala kami langsung pusing-pusing dan muntah-muntah. Kami benar-benar tidak kuat menahan bau itu.

Read More

Kesetiaan Ibu Hana

Cerpen: Pujiah Lestari ___________________________________________________________________ Ketika kabar kematian itu datang dari pihak Polres Tangerang, Ibu Hana merasa syok berat. Tatapan matanya kosong, hampa, seakan ia tak mampu lagi berpikir. Siang itu, ia hanya duduk termenung menatap dinding. Setelah kesadarannya pulih, segera ia berkemas untuk menuju stasiun kereta Solo Balapan menuju Jakarta, untuk kemudian membeli tiket kembali setelah transit sejenak, menuju stasiun Tigaraksa, Tangerang. Pihak Polres Tangerang mendesaknya agar segera datang untuk mengidentifikasi korban, karena masih ada kemungkinan bahwa mayat yang terbujur di rumah sakit itu adalah bukan anaknya.   Dikarenakan saat…

Read More
CERPEN 

Cublak-cublak Suweng

Cerpen: Endang S. Sulistiya ___________________________________________________________________ Hanya karena masih ada bapak dan ibu di kampung halaman, sesekali aku menyempatkan diri pulang. Seringnya sendiri, kadang-kadang bersama suami dan dua anakku. Jujur, ini memang tampak sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti gerakan salat kilat yang aku laksanakan di antara gegap gempita dunia. Tiada sama sekali khidmat seorang hamba yang berserah pada Tuhannya. Lantaran kekhusyukan telah tercurah sepenuhnya dalam mengais rezeki. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pula keinginan yang kian beragam.

Read More

Dan Bunga-bunga Kamboja pun Berguguran di Pesta

Cerpen: Lintang Alit Wetan __________________________________________________________________   “Hai! Jangan kalian bunuh asu piaraanku. Memang ia punya salah apa pada kalian!” Jerit emak geram sambil ia tuntaskan tenggakan bir botol ke-5 siang ini. Bir belum rampung melewati kerongkongan, justru emak disuguhi satu adegan tragis. Gento —asu piaraan emak—diburu seluruh warga kampung. Asu tak berdosa ini akan dijadikan hewan sembelihan, jamuan wajib pesta perkawinan Peang dengan Penjol –anak ke-2 Kamituwo Sontoloyo—adik perempuan semata wayangku. Orang-orang terus berjoget-joget diiringi musik disko koplo. Kepala mereka geleng-geleng. Mulut ndremimil ndleming, tidak jelas suara perkataan mereka, mirip…

Read More

Berteman Karib di Kepala Jenderal

Cerpen: Ferry Fansuri ___________________________________________________________________   Kami memanggilnya Sarmin, tepatnya Jenderal Sarmin. Kami telah lama bersama Sarmin sejak sedari ia kecil, kami mengikuti terus. Tak pernah lepas dari tatapan kami sedikitpun, ke mana ia pergi kami ada. Sarmin berak, kami di sebelahnya. Sarmin tidur, kami mengawasi di pojok kamarnya. Semua aktivitas yang Sarmin lakukan, kami tahu. Sejak kecil, kami suka akan Sarmin. Ia menyimpan hawa dingin yang membikin kami sejuk, aura seperti inilah kami betah. Tidak seperti kakaknya Tagut, seluruh tubuh berkobar-kobar api membara. Sedikit kami mendekat, kami terbakar. Kami coret…

Read More
CERPEN 

Koma

Cerpen: Vito Prasetyo ___________________________________________________________________ Sebuah kecelakaan telah dialami Reza saat ia berangkat kerja, akhirnya Reza mengalami koma tanpa seorang pun yang tahu apakah dia akan kembali sadar atau akan pergi untuk selama-lamanya. Tatapannya kosong, karena beban berat yang dihadapinya seakan tanpa ujung. Reza ingin sekali membahagiakan ibunya, sebagai orang tua satu-satunya yang dimilikinya.

Read More