Berita 

Sastrawan Ramaikan Panggung Apresiasi HPI

Jakarta (litera.co.id)- Peringatan puncak Hari Puisi Indonesia (HPI) yang dilangsungkan di Taman Ismail Marzuki telah dibuka Minggu (1/10). Peringatan HPI ini akan berlangsung selama empat hari dari hari Minggu-Rabu (1-4 Oktober). Pada hari pertama dan kedua akan diisi dengan panggung apresiasi dari para penyair nusantara yang telah banyak datang dari berbagai daerah di tanah air.

Pada hari pertama panggung apresiasi tadi malam Minggu (1/10) banyak sastrawan daerah yang mendapat undangan dari panitia HPI telah tampil di panggung besar yang terletak di halaman depan TIM. Tak hanya pembacaan puisi tetapi juga monolog, musikalisasi puisi, dan juga teatrikal.

Beberapa sastrawan yang telah tampil adalah Irene dari Dewan Kesenian Bone, Sulawesi Selatan. Irene datang bersama Suhartini dari kabupaten Enrekang. Mereka bahkan telah hadir sehari sebelum acara dimulai, pada Sabtu (30/9). Suhartini yang juga pengajar di sebuah pesantren di Enrekang menyatakan kebahagiaannya bisa tampil di panggung apresiasi.

“Banyak orang memandang pesantren itu begitu berjarak dengan seni. Saya berasal dari sebuah pesantren dan menjadi pengajar di sana. Malam ini saya ingin menunjukkan bahwa dunia pesantren juga sangat menghargai dan memajukan seni dan sastra,” ungkapnya.

Sementara itu penyair yang lain yang tampil adalah Dimas Indiana Senja. Dimas membacakan puisinya yang ia tulis dalam bahasa daerah.

“Saya berasal dari Paguyangan, Bumiayu-sebuah kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Brebes- yang dikenal dengan bahasa ‘ngapak’nya. Malam ini saya ingin membacakan puisi ngapak sebagai kecintaan saya pada sastra juga daerah saya,” kata Dimas. Menurut Dimas ketika diajak berbincang oleh bang Muchlis selaku MC, puisi tersebut mengangkat kekayaan dan kearifan lokal.

Dari Sumatra tampil Sutan Radja Pamuncak, Arbi Tanjung dan masih banyak lagi. Sementara Dino Umahuk, penyair yang berasal dari Maluku Utara itu tampil menyanyikan beberapa lagu yang membuat suasana panggung makin panas. Tampil pula Alya Salaisha, istri Dino Umahuk membaca puisi. Penampilan teatrikal beberapa komunitas makin menghangatkan suasana sebelum akhirnya ditutup oleh Sihar Ramses Simatupang. Penyair yang kini sedang bergulat dengan usaha Bonsai tersebut tampil di panggung membawakan puisi tanpa teks, sebuah puisi yang telah ia hapal di luar kepala oleh Sihar Ramses yang sedang berulang tahun pada tanggal 1 Oktober tersebut.

Acara hari pertama tadi malam ditutup pada pkl 22.00, namun banyak sastrawan tetap asyik berbincang. Bagaimanapun juga panggung apresiasi tersebut adalah momentum langka di mana para sastrawan bisa saling bertegur sapa dan berbagi secara langsung. Banyak di antara mereka yang telah berteman lama dan akrab di socmed namun di event ini baru pertama kali berjumpa seperti Pilo Poly, penyair Aceh yang begitu akrab di socmed dengan Harco Transept dari Palembang. Mereka bahkan baru berkenalan semalam secara langsung. Tampak telah hadir dan saling berbincang hangat Arief Musidi Arief, Agustina Thamrin (Banjar Baru, Kalimantan Selatan), Giyanto Subagyo, Eddy Pranata PNP (Purwokerto), Shantined, Pudwianto Arisanto. Di bagian lain penyair Palembang Anwar Putra Bayu sedang asyik berbincang dengan Edy Pramduane. Sementara Astrajingga Asmasubrata terlihat berbincang hangat dengan Deri Sinema. Sementara banyak pengunjung lain asyik berfoto di depan poster besar yang merupakan kumpulan dari sekitar 50 poster berisi acara peringatan Hari Puisi di pelbagai daerah. Sementara di stand belakang terlihat tenda yang menjual buku sastra. Panitia HPI memberi kesempatan bagi sastrawan yang ingin menitipkan karyanya di stand tersebut.

(Mahrus Prihany)

Related posts

Leave a Comment

seventeen − 8 =