CERPEN 

Setelah Kematian Kiai Hambali

Cerpen: Alim Witjaksono ____________________________________________________________________ Berita tentang kematian Kiai Hambali oleh sekelompok orang bertopeng yang menyatroni kediamannya telah menimbulkan tanda-tanya besar di berbagai kalangan masyarakat Banten. Hampir semua koran dan teve lokal menampilkannya sebagai berita utama. Bisa jadi karena tokoh agama itu tergolong keturunan Sultan Hasanudin, sebagai pendatang dari tanah Cirebon yang menduduki wilayah utara Pasundan sejak berabad-abad silam.

Read More
CERPEN 

Daftar Pencarian Orang

Cerpen: Muhamad Muckhlisin ______________________________________________________________________   Pukul 21.30 malam. Hanya ada beberapa orang yang masih ngumpul di jalanan kota Cilegon. Seorang polisi melangkah menyusuri jalan, gerak-geriknya menunjukkan bahwa ia adalah orang berwibawa dan terpandang. Udara di musim hujan terasa sangat dingin. Angin berembus kencang mengantarkan rintik hujan yang mulai turun dari langit. Polisi itu terus melangkah pelan. Ia menengok ke kiri dan kanan, sambil memastikan semua toko sudah tutup. Sesekali ia berhenti dan membalikkan tubuh seraya menyisir jalanan kota dari ujung ke ujung dengan pandangannya. Orang itu memang pantas jadi polisi.…

Read More
CERPEN 

Rumah Berdinding Kertas

Cerpen: Latif Nur Janah ___________________________________________________________________   Pada pagi yang basah itu, jalan kecil yang memisahkan deretan rumah warga, menjelma lautan manusia. Semua tak pernah menyangka bahwa jalan selebar satu meter yang lebih sering basah sebab tergenangi air itu bahkan memenuhi layar-layar berita. Aku sendiri hampir tak percaya dengan pemandangan itu. Orang-orang berseragam, menenteng kamera besar-besar, berduyun-duyun seperti antre sembako sementara yang lain merekam dengan ponsel.

Read More
CERPEN 

Perempuan yang Diburu Kenangan

Cerpen Ahmad Tadi N* ________________________________________________________________   Sampai saat ini, kau masih belum bisa melupakan kenangan itu. Kenangan yang terkadang menggenangkan air mata di pelupuk mata. Meski sudah berapa kali kau berusaha melupakannya, kenangan itu akan selalu hadir, nyaris menyerupai kedipan matamu. Kenangan itu terlalu pekat. Terlalu dalam. Terlalu menetap. Dan kau tak mampu merawat dengan tepat.

Read More
CERPEN 

Daftar Terakhir pada Oktober yang Muram

Cerpen: Rumadi ________________________________________________________________   Akhirnya kau tertangkap juga. Akhir Oktober, secara tak sengaja seorang pencari kayu bakar sedang melihatmu meringkuk di bawah pohon besar, sambil mengunyah pisang. Pencari kayu bakar itu menjerit, dan ia lari tunggang langgang, membuat beberapa petani yang sedang menggarap sawahnya di pinggiran hutan, langsung datang ke arah sumber suara, dan mereka mendapatimu.

Read More
CERPEN 

GADIS DALAM LUKISAN

Cerpen: Fini Marjan ___________________________________________________________   Sepasang burung cinta di dalam sangkar indahnya sedang memadu kasih di teras taman itu.  Kebun indah penuh bunga,  sesekali tampak kuntum-kuntum mungil bunga yasmin putih jatuh dari pohonnya. Pemandangan itu menyempurnakan keindahan taman yang dilengkapi lampu-lampu berwarna keperakan. Suara-suara cicit burung dan gemercik sungai-sungai yang mengalir di bawahnya terdengar menenteramkan batin.

Read More
CERPEN 

Apa Adanya Bukan Ada Apanya

Cerpen: Mifta Izza ____________________________________________________________________ Diberi hati minta jantung. Mungkin begitu peribahasa yang cocok digambarkan untuk Julia. Entah dirinya yang merasa kurang, atau fitrah manusia yang tidak pernah merasa cukup. Manusia sering bertanya kapan hujan turun saat musim kemarau, tapi merindukan kemarau saat musim penghujan. Alasannya kalau musim penghujan sulit untuk berpergian. Pun sebaliknya.

Read More

Siapa yang Menaburkan Bau Busuk di Beranda Rumah Kami

Cerpen: Kak Ian ___________________________________________________________________   Beberapa hari ini kami mencium bau busuk. Baunya seperti perpaduan antara anyir dan nanah manusia yang sudah membengkak di tubuh lalu meletus. Begitu baunya saat tercium oleh kami. Sungguh membuat kami tidak nyaman sekali. Ya, baunya sangat menyengat sekali bila kami menciumnya. Anehnya, bau itu baru menyengat bila malam tiba. Kami yang menciumnya saat itu benar-benar sangat terganggu sekali bahkan tidak bisa tidur. Bagaimana mau nyenyak, saat mencium bau itu saja kepala kami langsung pusing-pusing dan muntah-muntah. Kami benar-benar tidak kuat menahan bau itu.

Read More

Kesetiaan Ibu Hana

Cerpen: Pujiah Lestari ___________________________________________________________________ Ketika kabar kematian itu datang dari pihak Polres Tangerang, Ibu Hana merasa syok berat. Tatapan matanya kosong, hampa, seakan ia tak mampu lagi berpikir. Siang itu, ia hanya duduk termenung menatap dinding. Setelah kesadarannya pulih, segera ia berkemas untuk menuju stasiun kereta Solo Balapan menuju Jakarta, untuk kemudian membeli tiket kembali setelah transit sejenak, menuju stasiun Tigaraksa, Tangerang. Pihak Polres Tangerang mendesaknya agar segera datang untuk mengidentifikasi korban, karena masih ada kemungkinan bahwa mayat yang terbujur di rumah sakit itu adalah bukan anaknya.   Dikarenakan saat…

Read More
CERPEN 

Cublak-cublak Suweng

Cerpen: Endang S. Sulistiya ___________________________________________________________________ Hanya karena masih ada bapak dan ibu di kampung halaman, sesekali aku menyempatkan diri pulang. Seringnya sendiri, kadang-kadang bersama suami dan dua anakku. Jujur, ini memang tampak sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti gerakan salat kilat yang aku laksanakan di antara gegap gempita dunia. Tiada sama sekali khidmat seorang hamba yang berserah pada Tuhannya. Lantaran kekhusyukan telah tercurah sepenuhnya dalam mengais rezeki. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pula keinginan yang kian beragam.

Read More